Menyongsong 2025: Gemilang Prospek Timah

Tahun 2024 menjadi tahun yang menggoreskan luka cukup dalam pada industri timah nasional, khususnya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Terpukulnya kinerja timah, yang merupakan motor utama penggerak perekonomian masyarakat, mengakibatkan perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan III 2024 tumbuh 0,13% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,03% (yoy).
Menuju tahun 2025, dengan mengacu kepada perkembangan berbagai indikator ekonomi terkini, kinerja timah diprakirakan akan terus bangkit. Merujuk data ekspor, realisasi ekspor logam timah Pulau Sumatera pada Semester II 2024 (s.d. Nov) mencapai 26.401,36 Mton, atau mengalami kontraksi 13,93% (yoy), signifikan membaik dibandingkan akumulasi ekspor sepanjang Semester I 2024 sebesar 14.428,63 Mton, atau terkontraksi 54,47% (yoy). Ekspor timah utamanya diekspor ke negara Tiongkok (28,05%) dan India (20,31%).
Hilirisasi dan investasi di sektor timah menjadi kunci utama pendorong kinerja timah Sumatera. Hal ini sebagaimana sejalan dengan Asta Cita Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, yaitu ‘melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri’. Perkembangan hilirisasi timah Sumatera turut menunjukkan prospek yang menjanjikan, seiring dengan penambahan dan pembangunan beberapa smelter yang berfokus untuk memproduksi produk hilir timah, a.l. di Kepulauan Riau. Prospek turut hadir dari PT Timah Tbk, yang menjalin kolaborasi dalam kerjasama strategis pemanfaatan timah dengan sebuah perusahaan kaca.
Dari sisi harga, kinerja harga timah global diprakirakan terus berkilau, sejalan dengan resiliennya permintaan. Sepanjang tahun 2024, harga timah bertahan di level tinggi kisaran USD 30.000 Mton, seiring dengan permintaan yang tetap kuat dari sektor semikonduktor dan green sector. Menyambut tahun 2025, harga timah diprakirakan bertahan kuat di level 28.000 USD s.d. 31.000 USD per Mton. Kinerja tersebut utamanya didorong oleh permintaan dari negara-negara konsumen utama Timah, serta berlanjutnya tren dari sisi manufaktur elektronik global.
Sumatera adalah salah satu penopang utama industri timah dunia. Sepanjang tahun 2023, Indonesia menjadi produsen timah terbesar ketiga di dunia, setelah Tiongkok dan Myanmar. Sampai dengan November 2024, total ekspor timah Indonesia mencapai 41.279,82 Mton, di mana 91,73% atau 40.829,99 Mton berasal dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dan 7,18% atau 2.963,76 Mton berasal dari Provinsi Kepulauan Riau, serta sisanya 1,09% dari Provinsi DKI Jakarta dan Banten.
Dengan optimisme yang kuat, tahun 2025 menjadi momen penting bagi industri timah Indonesia untuk kembali berjaya. Bangka Belitung, sebagai pusat industri timah, diproyeksikan akan terus memainkan peran strategis dalam mendorong kinerja ekspor. Dukungan kebijakan pemerintah, inovasi teknologi, tren menuju produk ramah lingkungan, serta stabilitas global, menjadi modal utama untuk mencapai kinerja timah yang gemilang. Industri timah Sumatera tidak hanya berpotensi menguatkan perekonomian nasional, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan dalam mendukung agenda global menuju teknologi hijau dan keberlanjutan.