Hilirisasi Oleochemical di Sumatera: Punggawa Baru dalam Transformasi Ekonomi Regional Berkelanjutan

Sumatera merupakan pusat industri kelapa sawit Indonesia yang berkontribusi besar pada perekonomian maupun secara spesifik ke perkembangan industrialisasi. Secara umum, industri kelapa sawit memiliki 3 (tiga) jalur hilirisasi, yaitu oleofood, oleochemicals, dan energi. Jalur hilirisasi oleofood yang pertama memiliki 2 (dua) produk utama yaitu stearin dengan produk akhir margarin dan olein yang produk akhirnya minyak goreng. Selanjutnya, jalur hilirisasi oleochemicals memiliki 4 (empat) produk utama, yaitu asam lemak (fatty acids), alkohol lemak (fatty alcohol), ester, dan gliserin, yang selanjutnya dapat diolah menjadi produk akhir seperti deterjen, sabun, hingga kosmetik. Terakhir, jalur hilirisasi energi yang menghasilkan produk biofuel.
Berdasarkan Indonesia Investment Guidebook yang diterbitkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tahun 2022, industri oleofood dan oleochemicals tercatat sebagai salah satu industri prioritas pada kategori upstream agro industry. Dalam panduan investasi tersebut, fokus industri oleofood untuk tahun 2025 – 2035 adalah produk specialty fats of food additives. Sedangkan untuk industri oleochemicals, produk methyl esters, palm oil derived polymers, dan essential oil menjadi fokus utama di tahun tersebut. Pada akhir 2024, BKPM menyempurnakan peta jalan hilirisasi nasional untuk 28 komoditas prioritas guna mengoptimalkan seluruh potensi SDA yang tersedia. Hal ini dalam rangka mendukung target pemerintahan Prabowo pada pertumbuhan ekonomi yang mencapai 8% di tahun terakhir pemerintahan, salah satu dari dukungan hilirisasi dan industrialisasi.
Dibandingkan dengan perkembangan pada hilirisasi ke oleofood, arah perkembangan jalur hilirisasi oleochemicals dapat dikatakan belum cukup optimal. Padahal, potensi nilai tambah yang dapat dihasilkan oleh crude palm oil (CPO) atau palm kernel oil (PKO) saat ini senilai USD1.039/metrik ton (MT) jauh lebih tinggi. Hilirisasi dapat diarahkan untuk memproduksi fatty acids senilai USD2.070/MT, fatty alcohol senilai USD1.980/MT, ester senilai USD1.990/MT, atau gliserin senilai USD780/MT. Multiplier margin dari produk oleochemicals yang telah melewati proses refining dan distillation CPO seharusnya lebih menjadi pertimbangan pelaku industri. Namun sayangnya, pemenuhan kebutuhan bahan baku methanol dalam mengolah produk oleochemicals masih terbatas. Hal ini membuat para pelaku usaha terus berfokus untuk meningkatkan keuntungan melalui jalur midstream.
Kinerja ekspor produk oleochemicals sendiri terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, di tengah upaya optimalisasi yang terus didorong. Peningkatan ekspor produk oleochemicals hingga tahun 2024 tercatat baik secara volume maupun nilai ekspor. Hal ini sejalan dengan tren kenaikan harga CPO. Secara bulanan di sepanjang tahun 2024, tren kenaikan ekspor produk oleochemicals terjadi pada triwulan III dan IV. Hal ini mengindikasikan adanya prospek peningkatan volume serta nilai ekspor pada 2025, meski terdapat tantangan dari kondisi ketidakpastian global dengan pemberlakuan kebijakan tarif resiprokal AS.
Ke depan, industri hilirisasi oleochemicals diharapkan dapat menjadi fokus sinergi antara pelaku industri kelapa sawit maupun pemerintah daerah di wilayah Sumatera. Potensi ini sangat disayangkan untuk tidak dioptimalkan sebagai salah satu penggerak transformasi ekonomi regional Sumatera melalui kebangkitan industrialisasi dan pendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi, guna mencapai cita-cita sebagai negara berpendapatan tinggi.