Natural Declining : Ancaman Tersembunyi di Balik Penurunan Kinerja Migas Indonesia
Natural declining merupakan fenomena alamiah di mana produktivitas dari suatu sumur atau lapangan minyak dan gas (migas) menurun secara bertahap setelah melewati puncak produksi. Fenomena ini terjadi di semua sumur migas di dunia, tak terkecuali di sumur migas yang ada di Indonesia. Hal ini tercermin dari menurunnya capaian produksi migas Indonesia dari tahun ke tahun. Produksi minyak menurun dari 902 ribu BOPD pada tahun 2011 menjadi 605,5 ribu BOPD pada tahun 2023. Sementara itu, produksi gas menurun dari 8.410 MMSCFD pada tahun 2011 menjadi 6.636 MMSCFD pada tahun 2023.
Salah satu faktor penyebab natural declining adalah pengurangan tekanan reservoir. Reservoir merupakan formasi geologi bawah tanah yang menyimpan minyak dan gas. Pada saat pengeboran sumur migas, energi dalam reservoir memiliki peran sebagai drive mechanism yang mendorong fluida (minyak, gas, dan air) keluar menuju sumur produksi dan permukaan. Seiring dengan aktivitas produksi migas yang dilakukan, tekanan yang ada pada reservoir semakin berkurang sehingga migas yang naik ke permukaan akan semakin berkurang seiring waktu. Dalam banyak kasus, ketika tekanan reservoir menurun, minyak mulai mengalami segregasi, yang berarti gas dapat terpisah dari minyak dan mulai memenuhi ruang dalam reservoir. Hal ini menyebabkan gas cap expansion (pengembangan tutup gas) yang kemudian mendominasi ruang yang dulunya ditempati oleh minyak. Selain itu, tekanan yang menurun juga dapat menyebabkan water cut atau peningkatan jumlah air yang diproduksi dari reservoir sehingga air mengambil alih tempat minyak di dalam pori-pori reservoir. Kedua hal tersebut nantinya juga berdampak pada berkurangnya kinerja produksi migas seiring waktu.
Untuk menanggulangi dampak dari natural declining, pengelola sumur migas umumnya melakukan strategi yang dapat memperlambat laju natural declining tersebut. Upaya yang kerap kali dilakukan adalah pelaksanaan Development Drilling Program (DDP) di sumur-sumur migas yang mengalami pelambatan kinerja. DDP merupakan serangkaian kegiatan eksploitasi sumur migas yang bertujuan untuk mengembangkan sumur migas agar bisa memproduksi minyak atau gas secara komersial dan berkelanjutan. Adanya program ini dapat meningkatkan produksi migas dari reservoir, memaksimalkan recovery factor dari cadangan yang ditemukan, menjaga stabilitas tekanan reservoir dengan pengeboran sumur injeksi jika diperlukan, serta memperluas area produksi melalui pengeboran sumur di berbagai area lapangan yang teridentifikasi dalam studi reservoir. Kegiatan eksploitasi ini umumnya dilakukan dengan metode Development Wells Drilling, Workover, dan Well Service.
Salah satu opsi metode dari Development Wells Drilling yang cukup efektif dalam mendorong kinerja produksi sumur migas adalah Injection Drilling. Kegiatan tersebut merupakan proses pengeboran sumur yang bertujuan untuk menyuntikkan fluida (seperti air, gas, atau bahan kimia) ke dalam reservoir migas. Tujuan dari sumur injeksi adalah untuk meningkatkan atau mempertahankan tekanan reservoir, serta membantu mendorong migas ke sumur produksi, sehingga bisa diangkat ke permukaan. Sumur injeksi merupakan bagian penting dari metode peningkatan perolehan migas (Enhanced Oil Recovery, EOR) dan juga digunakan dalam operasi secondary recovery, seperti waterflooding dan gas injection. Ada beberapa jenis sumur injeksi diantaranya Sumur Injeksi Air (Water Injection Wells)/waterflooding, Sumur Injeksi Gas (Gas Injection Wells), Sumur Injeksi Uap (Steam Injection Wells), dan Sumur Injeksi Kimia (Chemical Injection Wells). Dengan adanya sumur injeksi diharapkan recovery factor dari reservoir dapat meningkat sehingga dapat memperpanjang umur dan efisiensi sumur migas.
Development Drilling Program terbukti mampu menahan laju penurunan produksi migas akibata natural declining di Indonesia. Di Indonesia, kinerja produksi minyak terus mengalami penurunan dalam 7 tahun terakhir dengan kisaran 3-7%/tahun. Sementara itu, kinerja produksi gas juga menunjukan hal serupa walaupun tampak membaik dalam 4 tahun terakhir. Berdasarkan data SKK Migas, pada tahun 2023, kinerja produksi minyak maupun gas menunjukan perbaikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dimana produksi minyak hanya turun 1,2% sedangkan produksi gas naik sebesar 2,2%. Capaian kinerja produksi migas yang lebih baik ini didukung oleh peningkatan upaya DDP serta upaya penambahan proyek onstream pada tahun tersebut. Cukup efektifnya kegiatan DDP menyebabkan pemerintah terus mendorong peningkatan target DDP setiap tahunnya. Pada tahun 2021, DDP ditargetkan sebanyak 616 sumur untuk Development Wells Drilling, 615 sumur untuk Workover, dan 26.432 kegiatan Well Service. Semantara itu, pada tahun 2024, DDP ditargetkan sebanyak 932 sumur untuk Development Wells Drilling, 905 sumur untuk Workover, dan 35.690 kegiatan Well Service. Selain itu, upaya eksplorasi tentunya tetap perlu dilakukan guna mencari sumur-sumur migas baru yang akan menahan kecepatan penurunan kinerja sumur migas yang telah melewati masa puncak produksi.