Prospek Gemilang Semikonduktor Sumatra, Hadapi Perang Dagang Trump 2.0

Berlanjutnya perang dagang dengan pemberlakuan tarif impor AS ke hampir seluruh negara mitra dagang AS memicu respon retailiasi yang akan semakin berdampak pada kinerja perekonomian dunia. Sebagai respon atas kebijakan tarif AS, Eropa bersiap mengenakan tarif sebesar 25%, sementara Tiongkok mengenakan tarif balasan sebesar 34% untuk impor produk dari AS. Di sisi lain, Vietnam melakukan negosiasi dengan AS untuk penundaan tarif. Sejumlah negara lain termasuk Indonesia menyusun strategi sembari bernegosiasi dalam menghadapi kebijakan tarif, termasuk mencari celah prospek ekspor yang berpotensi dapat dikenakan tarif lebih rendah atas dasar perhitungan tarif Most Favoured Nation (MFN) Weighted Average.

Di tengah tren globalisasi ekonomi, prinsip ekonomi mengenai perdagangan bebas telah menjadi komitmen bersama negara-negara di dunia. Praktik perdagangan bebas diyakini  akan memberikan dampak multiplier bagi pertumbuhan ekonomi dunia yang lebih baik. Namun, kebijakan pengenaan tarif resiprokal yang diberlakukan AS ke hampir seluruh negara mitra dagang telah mengubah konsep keterbukaan ekonomi dunia yang sebelumnya juga menghadapi tantangan adanya trade barier dari non-tariff measure (NTM). Menghadapi tantangan serius ini, hampir seluruh negara berupaya menyusun strategi terbaik untuk dapat menjaga dan meningkatkan perdagangan globalnya, diantaranya juga dengan menurunkan trade barier melalui berbagai perjanjian perdagangan baik bilateral maupun multilateral.

Di bidang teknologi dan informasi, World Trade Organization (WTO) telah mencanangkan Information Technology Agreement (ITA) sebagai bentuk kerjasama multilateral dan komitmen negara-negara anggota WTO dalam melakukan transfer teknologi dan perdagangan bebas untuk produk teknologi. ITA yang diluncurkan pada akhir 1996 mencakup produk semikonduktor dan turunannya, serta produk pendukung industri semikonduktor. Dalam konteks konstelasi perdagangan dunia saat ini,  Indonesia dipandang masih memiliki peluang untuk mengoptimalkan posisinya dalam partisipasi di ITA melalui strategi pengembangan industri semikonduktor nasional. Hal ini menimbang adanya potensi ekspor produk semikonduktor dan produk turunannya serta aparatus pendukung industrinya tidak dikenakan tarif tambahan oleh AS berdasarkan konsensus ITA. Produk semikonduktor berdasarkan pada HS code yang tertera pada dokumen kesepakatan ITA adalah HS 8541 (semikonduktor dioda, transistor) dan HS 8542 (Sirkuit terpadu, ICs, microchips) dikenakan bebas tarif, namun dapat dikenakan pajak lain seperti PPN atau PPh impor yang tidak bersifat diskriminatif terhadap negara asal.

Provinsi Kepulauan Riau dengan wilayah Free Trade Zone (FTZ) di Kota Batam menjadi sentra pengembangan industri semikonduktor nasional. Strategi pengembangan industri semikonduktor di FTZ Batam masih berpotensi menarik investor asing dengan pengenaan tarif ekspor ke AS yang lebih rendah mengingat status Indonesia yang telah tergabung dalam kesepakatan ITA. Nilai Ekspor Semikonduktor ke AS pada Januari 2022 hingga Februari 2025 tercatat sebesar USD11,60 juta. 

Beberapa faktor pendorong dari pertumbuhan industri semikonduktor diantaranya peningkatan tren Generative AI, high performance computer (HPC), serta kebutuhan komponen pendukung data center mendorong permintaan semikonduktor global. Industri elektronik Batam sendiri juga berpotensi sebagai supply chain komponen semikonduktorl. Di sisi lain, terdapat faktor penahan yang menjadi tantangan pertumbuhan industri semikonduktor, termasuk dari trade barrier yang semakin tinggi di tengah kebijakan pengenaan tarif perdagangan antar negara dapat memicu peningkatan harga bahan baku dan gangguan rantai pasok. 

Investasi asing turut menjadi faktor pendukung keberlanjutan industri elektronik termasuk semikonduktor. Berdasarkan data BKPM, pada periode 2015-2024, total investasi industri elektronik sebesar 27,96% dari total investasi di sektor industri. Pangsa investasi industri elektronik di Kepulauan Riau didominasi oleh PMA asal Singapura (27,74%), Luxemberg (14,67%), Prancis (14,44%), Tiongkok (11,38%), dan Jerman (9,61%), dengan total investasi mencapai 35,45 triliun Rupiah.

Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia telah menunjukkan komitmen pada pengembangan industri semikonduktor nasional. Pada 28 Maret 2024, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia telah dibentuk Satuan Tugas (Satgas) Penyiapan Ekosistem Semikonduktor. Satgas Semikonduktor ini untuk menjawab kebutuhan industri semikonduktor yang semakin berkembang pesat serta menciptakan mesin pertumbuhan ekonomi baru bagi Indonesia. Dengan kolaborasi dan sinergi dari berbagai pihak, Satgas ini diharapkan dapat mempercepat serta mendorong terwujudnya kerja sama konkrit dalam pengembangan industri semikonduktor di Indonesia.

Ke depan, potensi pengembangan  industri semikonduktor akan semakin memperkuat ekspor elektronik yang tergolong high-tech di Sumatera. Namun, prospek industri semikonduktor perlu mendapat dukungan dari infrastruktur yang memadai seperti perluasan dan pengembangan kawasan industri baru yang dicanangkan untuk fokus pada industri semikonduktor, diantaranya Kawasan Industri Wiraraja. Selain itu, inovasi dan kreativitas dalam pengembangan produk juga diperlukan serta didukung oleh perluasan investasi dan jejaring serapan teknologi dengan negara mitra. Meskipun Indonesia masih harus mengejar ketertinggalan dalam hal teknologi, kita tetap optimis bahwa Indonesia memiliki talenta SDM kompeten di bidang teknik yang akan mampu berperan signifikan dalam mengembangkan industri semikonduktor. Dalam kaitan ini, peran akademisi dan periset menjadi penting dalam menutup gap kompetensi tenaga kerja dengan kebutuhan industri. Pengembangan industri semikonduktor juga memerlukan sinergi dan kolaborasi dari berbagai pihak terutama dari pemerintah agar industri ini dapat tumbuh gemilang dan menjadi mesin akselerasi perekonomian Sumatera.

Referensi :

https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/5700/kick-off-meeting-satgas-penyiapan-ekosistem-semikonduktor-awal-dari-era-baru-industrialisasi-di-indonesia

Menyoroti Problem dan Potensi Industri Semikonduktor di Indonesia – Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika

 

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments