Transformasi Kultur Pertanian Sumatera – Dari Tambang ke Ladang: Peluang, Tantangan, dan Keberlanjutan Budidaya Bawang Merah

Sumatera memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah baik dari sektor pertambangan maupun pertanian. Hasil tambang telah berkontribusi pada neraca perdagangan yang lebih kuat, disamping menyumbang ke penerimaan negara. Disamping pertambangan minyak dan gas (migas), Sumatera turut dianugerahi dengan komoditas tambang mineral dan batubara (minerba). Namun, ketergantungan pada sektor tambang juga menjadi perhatian terkait dengan aspek sustainabilitas dan inklusivitas. Di sisi lain, dukungan pada sektor pertanian semakin besar dengan kebutuhan pemenuhan bahan pangan strategis yang terus meningkat. Budi daya tanaman pangan juga menawarkan potensi besar yang tak kalah dengan pertambangan, dengan mempertimbangkan pula aspek sustainabilitas dan inklusivitas yang krusial dijaga.  

 

Salah satu komoditas pangan strategis yang terus didorong pengembangannya adalah bawang merah, yang berpeluang terus dikembangkan hingga hilirisasinya. Kondisi neraca pangan bawang merah Sumatera sendiri mencatatkan surplus sebesar 74,3 ribu ton/tahun, dengan daerah sentra utama di Sumatera Barat dan Jambi. Adapun pangsa produksi bawang merah Sumatera terhadap nasional relatif masih rendah, yaitu sebesar 14,89%. Meski demikian, produktivitas bawang merah Sumatera tercatat terus mengalami peningkatan, bahkan relatif lebih tinggi dibandingkan nasional. Luas panen juga meningkat seiring dengan program ekstensifikasi lahan, terutama di Sumatera Barat. Adapun permasalahan yang masih dihadapi dalam produksi bawang merah di Sumatera adalah terkait dengan kultur petani, terbatasnya luas lahan, dan tingginya biaya bibit. Di sisi pengaturan dan kelembagaan, jumlah tenaga penyuluh juga belum mencapai angka ideal, yakni satu penyuluh per desa. Secara umum, diperlukan sejumlah langkah strategis berikut guna mendorong peningkatan produktivitas bawang merah di Sumatera: 

  1. Pengembangan komoditas bawang merah yang adaptif terhadap kondisi geografis dan budaya setempat. 
  1. Pemanfaatan teknologi untuk pemetaan lahan, produksi, dan penggunaan benih unggul yang dapat meningkatkan produktivitas serta efisiensi dalam budidaya bawang merah dan komoditas lainnya. 
  1. Penguatan kelembagaan, pengaturan, dan pemberdayaan serta pendampingan SDM. 

 

Khusus terkait dengan kultur petani di Sumatera, yang masih memiliki preferensi lebih tinggi pada budi daya komoditas perkebunan terutama sawit dan karet. Meskipun level harga juga mengalami fluktuasi, komoditas perkebunan seperti kelapa sawit dan karet dianggap memberikan sumber pendapatan yang lebih stabil dan tinggi dalam jangka panjang. Hal ini juga terkait dengan upaya mendukung alih fungsi tambang menjadi lahan pertanian. Usaha tambang masih dinilai lebih menjanjikan dibandingkan dengan pertanian yang mengedepankan aspek sosial maupun lingkungan. Selain itu, reklamasi lahan tambang ke pertanian juga membutuhkan proses untuk memperbaiki kualitas tanah sebelum diubah menjadi lahan pertanian produktif . 

 

Di tengah berbagai tantangan dalam transformasi kultur budidaya komoditas dari tambang ke pertanian, dibutuhkan sinergi dukungan dari berbagai pihak terkait. Dengan strategi yang tepat, Sumatera dapat mengurangi ketergantungan pada sektor tambang, serta sekaligus meningkatkan ketahanan pangan dan menciptakan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta diperlukan untuk memastikan bahwa setiap langkah yang diambil dalam mendukung transformasi dari tambang menjadi ladang, memberikan manfaat jangka panjang bagi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat lokal.  

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments