Keterhubungan Ekosistem Pariwisata : Angin Segar bagi Industri Perhotelan Sumatra

Industri perhotelan merupakan bagian penting dalam ekosistem pariwisata. Aktivitas pendukung kepariwisataan memilki multiplier effect yang besar bagi industri perhotelan baik pada skala kecil, menengah dan besar. Hal ini dikarenakan industri ini tidak hanya menyediakan tempat menginap bagi wisatawan, tetapi juga menawarkan layanan penunjang seperti Food and Beverage (F&B) dan penyediaan paket rapat dengan fasilitas ruang rapat (meeting package). Pada umumnya, komposisi pendapatan hotel yang memiliki fasilitas meeting room, 70% berasal dari penyewaan kamar dan 30% sisanya berasal dari F&B. Sementara, bagi hotel yang tidak memiliki fasilitas tersebut, komposisinya bergeser menjadi 60% dan 40%.

Namun dalam beberapa waktu terakhir, sektor ini menghadapi tekanan akibat kebijakan efisiensi anggaran Pemerintah, yang berdampak signifikan terhadap okupansi meeting room dan meeting package. Tingkat hunian yang sebelumnya bisa mencapai 80%–90% saat musim acara bisnis, turun drastis. Hal ini dirasakan paling berat oleh hotel-hotel di kawasan perkotaan, termasuk wilayah Sumatera. Berbeda halnya dengan perhotelan yang berada di destinasi wisata. Meski terdampak, okupansi hotel di kawasan wisata relatif lebih stabil.

Hal ini diperkuat oleh testimoni dari salah satu pelaku usaha perhotelan yang berlokasi di Bukittingi, Sumatera Barat. Maraknya event internasional yang diselenggarakan di Sumatera Barat, mendorong tingkat wisatawan mancanegara dan dapat menutup penurunan tingkat okupansi akibat kebijakan efisiensi anggaran pemerintah. Beberapa event internasional tersebut antara lain Sawahlunto International Songket Silungkang Carnival 2025, World Islamic Entrepreneur Summit 2025, Mentawai Charm Festival, Sawahlunto International Music Festival, hingga Tour de Singkarak. Tak hanya itu, event olahraga air berskala internasional seperti F1 H2O, Aqua Bike, dan Trail of th=e Kings di Danau Toba, Sumatera Utara, serta World Surf League di Pesisir Barat, Lampung, juga tentunya berkontribusi besar terhadap peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara dan tingkat okupansi hotel di sekitarnya. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan tingkat kunjungan wisman menurut pintu masuk ke Sumatera hingga Mei 2025 mencapai 878 ribu dengan recovery rate sebesar 68% dibandingkan pre pandemi (2019).

Dengan demikian, perluasan penyelenggaraan event internasional di wilayah Sumatera, khususnya di bagian tengah dan selatan, dapat menjadi strategi efektif untuk mendorong pariwisata dan mendukung sektor perhotelan. Inisiatif ini tidak hanya berperan sebagai penyeimbang terhadap penurunan permintaan dari segmen korporasi, tetapi juga memperkuat posisi Sumatera sebagai destinasi unggulan nasional. Terlebih, seiring dengan relaksasi kebijakan efisiensi anggaran, sektor perhotelan mulai menunjukkan pemulihan secara bertahap.

 

Related Article

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments