Arah Konstruksi Sumatera 2025: Akselerasi Swasembada Pangan Melalui Penguatan Infrastruktur Strategis

“Pencapaian swasembada pangan merupakan prioritas nasional yang diharapkan dapat terwujud dalam empat hingga lima tahun ke depan, dengan cita-cita menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.” -Presiden Prabowo, 2025 

Swasembada Pangan menjadi salah satu prioritas utama dalan era pemerintahan Prabowo Subianto. Sebagai salah satu wilayah dengan potensi agraris yang besar, Sumatera memiliki peluang besar untuk menjadi tulang punggung ketahanan pangan nasional. Dominasi ekonomi Sumatera pada komoditas primer  seperti pertanian, perkebunan, serta kehutanan mencapai hampir 23% dari PDRB (BPS, 2024). Dari sisi ketahanan pangan, Sumatera berkontribusi 27% terhadap produksi beras nasional, serta berkontribusi sekitar 26% pada produksi perikanan nasional (Kementerian PPN/Bappenas, 2024). Potensi yang besar ini menunjukkan bahwa Sumatera bukan hanya mampu berperan sebagai lumbung pangan, tetapi juga sebagai salah satu penopang utama stabilitas pasokan pangan di Indonesia.

Guna mengoptimalkan potensi ini, pembangunan infrastruktur strategis sumber daya air (SDA) menjadi kunci utama dalam mendukung akselerasi swasembada pangan. Sumber daya air menjadi faktor vital bagi sektor pertanian yang sangat bergantung pada ketersediaan air, baik untuk irigasi, pengelolaan lahan, maupun kebutuhan pascapanen. Tanpa dukungan infrastruktur yang memadai khususnya waduk, bendungan, dan sistem saluran irigasi yang terkelola dengan baik, upaya untuk meningkatkan produktivitas pertanian yang menjadi kunci dalam mencapai swasembada pangan akan menghadapi hambatan besar.

Komitmen pemerintah untuk mewujudkan swasembada pangan tercermin dari penetapan pembangunan infrastruktur SDA sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN). Sepanjang tahun 2024, proyek infrastruktur SDA di wilayah Sumatera mencatatkan kemajuan signifikan melalui penyelesaian berbagai proyek strategis, seperti Bendungan Margatiga (Lampung), Bendungan Lausimeme (Sumut), Bendungan Keureto & Bendungan Rukoh serta Daerah Irigasi (DI) Jambo Aye dan DI Lok Guci (Aceh). Sejumlah proyek infrastruktur SDA lainnya saat ini juga tengah memasuki tahap konstruksi, seperti  bangunan pengarah Rukoh (Aceh), bendungan Tiga Dihaji (Sumsel), DI Lematang & DI Komering (Sumsel) dan pembangunan dan pengelolaan Estuary DAM di Teluk Bintan. 

Dukungan fiskal pada proyek infrastruktur SDA juga tercermin pada penganggaran di Tahun Anggaran (TA) 2025 yang diprioritaskan pada optimalisasi pembangunan dan pemanfaatan bendungan, serta peningkatan dan rehabilitasi jaringan irigasi untuk mendukung swasembada pangan. Pada TA 2025, alokasi anggaran pembangunan infrastruktur SDA direncanakan sebesar Rp38,5 triliun. Dari total anggaran tersebut, sekitar Rp16,8 triliun secara spesifik dialokasikan untuk pembangunan bendungan dan jaringan irigasi, yang beberapa diantaranya sudah memasuki tahap konstruksi. Selain itu, juga terdapat alokasi untuk rencana investasi baru dalam sektor SDA, yaitu pada pembangunan Bendungan Seulimeum di Aceh yang tahap penyiapannya akan dimulai pada 2025.

Di tengah berbagai peluang, pembangunan infrastruktur SDA tidak terlepas dari berbagai tantangan, seperti pembebasan lahan, fenomena perubahan iklim, perubahan desain, hingga keterbatasan anggaran. Menyikapi kondisi tersebut, diperlukan penguatan sinergi dan koordinasi di level pusat dan daerah dalam mempercepat pembangunan infrastruktur SDA di Sumatera. Selain itu, keterlibatan aktif masyarakat lokal dalam pengelolaan infrastruktur menjadi krusial untuk memastikan keberlanjutan proyek dan manfaat jangka panjang. Melalui dukungan dan kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan yang terlibat, pengembangan infrastruktur SDA di Sumatera diharapkan semakin fokus dan terarah, guna mendukung tercapainya tujuan swasembada pangan nasional.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments