Cabai Merah: Momok Inflasi Sumatera Barat
Oleh: Ghifari Fathul Khoir <ghifari_fathul@bi.go.id>
Cabai merah kerap menjadi penyumbang inflasi/deflasi utama di Sumatera Barat. Hal ini berarti harga cabai merah sangat fluktuatif. Padahal Sumatera Barat merupakan salah satu produsen cabai merah terbesar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh preferensi masyarakat dan permasalahan struktural seperti produksi dan inefisiensi rantai pasok. Bagaimana Sumatera Barat perlu mengatasi hal ini agar cabai merah dapat berubah dari lawan menjadi kawan?
Pada semester I 2024, cabai merah selalu menjadi penyumbang utama inflasi/deflasi Sumatera Barat. Hal ini mengindikasikan harga cabai merah yang bergejolak tinggi di Sumatera Barat. Pada semester I 2024 sendiri harga cabai merah bergejolak dari Rp38.000 hingga mencapai Rp108.500 pada bulan Maret, berada di luar range harga acuan penjualan yang dikeluarkan oleh Badan Pangan Nasional. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Dari sisi supply, Sumatera Barat merupakan produsen cabai merah terbesar ketiga di wilayah Sumatera, atau kelima di level nasional setelah Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Jambi (sumber: BPS, data produksi tanaman sayuran 2023). Dengan jumlah produksi 127,45 ribu ton, Sumatera Barat sejatinya mampu memenuhi konsumsi masyarakatnya sebesar 40,43 ribu ton atau 1,3 ons/minggu/orang (sumber: BPS). Namun Sumatera Barat masih bergantung pada daerah lain untuk memenuhi kebutuhan cabai merahnya, terutama di waktu-waktu saat harga sedang tinggi.
Salah satu penyebab hal ini adalah sebagian masyarakat yang lebih menyukai cabai merah dari Jawa dibandingkan cabai merah lokal. Namun ada penyebab lain yang lebih utama, yaitu siklus produksi yang tidak merata sepanjang tahun. Akibatnya meskipun secara keseluruhan Sumatera Barat surplus cabai merah, terdapat beberapa periode saat Sumatera Barat tidak dapat memenuhi konsumsi masyarakatnya. Pada periode ini harga cabai merah melonjak tinggi sehingga perlu melakukan impor untuk meredamnya. Maka dari itu Sumatera Barat perlu memastikan bahwa cabai merah dapat tersedia sepanjang tahun, tidak hanya di waktu tertentu saja.
Perlu campur tangan pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan cabai merah di Sumatera Barat. Optimalisasi kalender tanam merupakan alternatif solusi untuk memastikan ketersediaan cabai merah sepanjang tahun. Selain itu untuk mengurangi gagal produksi akibat cuaca, kalender tanam perlu diiringi oleh penerapan teknologi dan best practice pertanian terkini. Dalam hal ini, pemerintah memiliki andil besar dalam membekali dan memfasilitasi para petani. Hasilnya diharapkan produktivitas cabai merah akan meningkat dan ketersediaan cabai merah Sumatera Barat dapat dijaga. Ini akan berdampak langsung kepada kestabilan harga cabai merah di pasar.
Selain itu untuk menjaga agar harga tidak terlalu rendah dan merugikan petani, perlu dipastikan bahwa cabai merah yang diproduksi akan diserap oleh pasar. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan hilirisasi produk cabai merah seperti sambal kemasan, cabai kering, dan lain sebagainya. Terakhir infrastruktur penunjang seperti jalanan dan fasilitas transportasi juga perlu diperbaiki agar ongkos produksi cabai merah dapat lebih efisien.
Apabila Sumatera Barat dapat memaksimalkan potensinya sebagai salah satu produsen cabai terbesar nasional, bukan tidak mungkin cabai merah yang sekarang menjadi ‘lawan’ akan berubah menjadi ‘kawan’.