Daya Saing Industri Elektronik Sumatera: Tantangan dan Peluang di Tengah Perang Dagang yang Masih Berlanjut

Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok telah berdampak signifikan terhadap industri elektronik di Indonesia, termasuk Sumatera. Industri ini merupakan salah satu sektor yang strategis dalam perekonomian Indonesia. Perang dagang telah membuat Amerika Serikat mencari alternatif pasokan produk elektronik, sehingga membuka peluang bagi industri elektronik Indonesia untuk meningkatkan ekspor. Salah satu peluang yang perlu dikejar adalah pengembangan industri lokal, sehingga Ketergantungan pada impor produk elektronik dari Tiongkok berkurang, sehingga mendorong pengembangan industri lokal di Sumatera.
Saat ini, ekspor elektronik Sumatera ke AS tercatat terus meningkat. Hingga akhir 2024, pangsa ekspor produk elektronik ke AS dari Sumatera meningkat hingga lebih dari 60%. Sementara itu, ekspor produk elektronik ke Tiongkok menunjukkan tren yang menurun dari tahun ke tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar AS merupakan pasar potensial untuk perluasan ekspor sebab terdapat potensi ekspor yang lebih besar ke AS untuk berbagai produk elektronik Sumatera.
Di sisi lain, terdapat dampak negatif yang tidak dapat dihindarkan yakni kenaikan biaya produksi dan berkurangnya pasokan. Kenaikan biaya produksi terjadi seiring dengan fluktuasi harga komoditas global yang semakin dinamis ditengarai oleh dampak perang dagang AS-Tiongkok yang semakin berdampak pada ketidakpastian pasar keuangan global. Perang dagang menyebabkan kenaikan harga bahan baku dan komponen elektronik, sehingga meningkatkan biaya produksi industri elektronik di Sumatera. Selain itu, berkurangnya pasokan diperkirakan terjadi akibat dampak dari gangguan rantai pasok. Gangguan pasokan produk elektronik dari Tiongkok berdampak pada ketersediaan bahan baku dan komponen untuk industri elektronik di Sumatera.
Meskipun industri elektronik di Kepulauan Riau menunjukkan kinerja yang kuat, terdapat sejumlah tantangan yang perlu diatasi. Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan pasokan bahan baku semikonduktor yang sangat dipengaruhi oleh situasi perdagangan global. Selain itu, persaingan dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara, seperti Vietnam dan Thailand, yang juga menarik perhatian perusahaan multinasional sebagai basis produksi elektronik, menjadi tantangan tersendiri. Belajar dari kasus investasi Apple di Vietnam dan Indonesia, fakta menunjukkan bahwa nilai investasi yang digelontorkan Apple ke Indonesia sebesar Rp1,6 triliun masih kalah jauh dengan investasi Apple di Vietnam yang sebesar 400 triliun dong Vietnam atau setara sekitar Rp 255 triliun. Dari total investasi itu, Apple juga telah menciptakan sekitar 200.000 lapangan pekerjaan di Vietnam.
Industri elektronik Sumatera tentunya perlu terus memoles potensi yang dimiliki untuk meningkatkan daya saing baik dari sisi ketersediaan infrastruktur, teknologi, tenaga kerja, hingga regulasi yang ditetapkan untuk mendukung pengembangan industri elektronik dan menarik investasi asing. Salah satu potensi yang memiliki karakter yang kuat untuk industri elektronik Sumatera adalah pemusatan industri di wilayah free trade zone (FTZ) atau yang dikenal dengan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) di Batam. Keunggulan dari pemusatan industri elektronik di wilayah KPBPB adalah adanya insentif bebas bea ekspor impor untuk bahan baku yang diolah dan produk jadi. Penetapan bebas bea menjadi keunggulan untuk menarik investor berinvestasi dalam pengembangan pabrik pengolahan.
Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam) terus berbenah diri dan membuat perencanaan strategis memetakan potensi pengembangan industri semikonduktor di Batam. Hal ini bertujuan untuk meraih peluang dari perang dagang AS-Tiongkok yang masih berlanjut. Ke depan, pengembangan industri elektronik di Batam akan dikhususkan untuk industri ringan yang berfokus pada peningkatan nilai tambah. Industri elektronik jenis ini akan berfokus pada pengembangan produk semikonduktor, data center, dan industri animasi.
Kepala Pusat Pengembangan BP Batam Irfan Syakir Widyasa menjelaskan, pemerintah sangat serius mengembangkan Batam, terutama untuk pengembangan industri semikonduktor. Hal ini diharapkan akan menarik investasi asing terutama investasi dari AS yang sedang mencari tempat baru untuk membangun pabrik-pabrik industri semikonduktor. Menurut Irfan, AS sedang mengeluarkan pabrik-pabriknya dari Tiongkok sebagai dampak dari perang dingin yang masih berlanjut. Batam diklaim menjadi salah satu lokasi yang dilirik AS untuk pengembangan industri semikonduktor.
Untuk menangkap peluang tersebut, daya saing industri elektronik Sumatera perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan daya saing industri perlu melakukan bench mark ke negara-negara kompetitor. Kebijakan pemerintah untuk mendukung investasi dan promosi perdagangan perlu ditingkatkan. Selain itu, regulasi yang ditetapkan di kawasan juga harus lebih stabil dan memiliki proses perizinan yang simpel dan mudah bagi investor. Dengan pengembangan industri elektronik Sumatera, kita berharap bahwa industri elektronik akan menyokong pertumbuhan ekonomi Sumatera dan secara khusus ekonomi Provinsi Kepulauan Riau yang memiliki pangsa ekspor elektronik sebesar 99,28% di wilayah Sumatera.
Referensi :
https://www.metrotvnews.com/read/NA0Cjgm4-ini-dampak-terpilihnya-trump-bagi-perekonomian-indonesia
https://ekonomi.bisnis.com/read/20240225/257/1743864/bp-batam-goda-as-bangun-pabrik-semikonduktor