Menakar Realokasi Anggaran terhadap Kinerja Sektor Perdagangan dan Akomodasi, Makanan, dan Minuman

Kebijakan realokasi anggaran merupakan bagian dari strategi reprioritasi fiskal pemerintah dalam merespons dinamika perekonomian global maupun domestik. Hal ini juga diharapkan mampu menjaga kesinambungan fiskal, dan mengoptimalkan efektivitas belanja negara. Kebijakan ini juga merupakan bagian dari strategi penguatan fiskal pemerintah yang semakin relevan dalam mendukung pelaksanaan visi pemerintahan ke depan, khususnya implementasi Program Asta Cita yang diusung Presiden dan Wakil Presiden terpilih 2024–2029. Dalam konteks pengelolaan fiskal tahun 2025, langkah ini diarahkan untuk memperkuat program-program prioritas nasional, diantaranya ketahanan pangan dan energi, pendidikan serta kesehatan.
Salah satu prioritas utama dalam program Asta Cita adalah menjamin ketersediaan pangan bergizi bagi seluruh rakyat Indonesia. Program MBG menjadi tulang punggung dari upaya ini, yang sekaligus memperkuat keterkaitan antara kebijakan sosial dan pemberdayaan ekonomi rakyat. Implementasi MBG memberi dampak positif bagi subsektor makanan dan minuman, khususnya UMKM lokal yang terlibat dalam penyediaan konsumsi harian. Dalam menjaga ketersediaan pangan, sejumlah program di sektor pertanian juga diluncurkan dalam bentuk program cetak sawah dan optimalisasi lahan.Pembangunan dan rehabilitasi infrastruktur irigasi juga menjadi fokus melalui Inpres no 2/2025.
Di sisi lain, realokasi anggaran juga diprakirakan memberikan dampak terbatasnya dukungan ke sektor perdagangan serta akomodasi dan makan-minum dalam jangka pendek. Hal ini terkait dengan pengurangan frekuensi MICE dan perjalanan dinas serta belanja barang dan jasa. Dibutuhkannya waktu untuk konsolidasi program yang mendapat tambahan alokasi anggaran, sedikit banyak turut memberikan pengaruh pada kinerja sektor perdagangan serta akomodasi dan makan-minum. Namun, dalam jangka menengah akan terdapat dampak positif ke sektor-sektor tersebut, terutama dengan akan mulainya akselerasi sejumlah program seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), Cek Kesehatan Gratis (CKG), Sekolah Rakyat serta Swasembada Pangan. Dampak positif juga terkait dengan adanya efek pengganda (multiplier effect), mengingat dampaknya yang bersifat langsung.
Adapun yang menjadi perhatian terkait dengan jangka pendek dari realokasi anggaran tersebut adalah ketahanan konsumsi masyarakat. Daya beli masyarakat yang cenderung melemah menjadi tantangan. Merespons hal tersebut, perlu dipertimbangkan sejumlah langkah strategis yang dapat mempercepat dan memaksimalkan dampak positif dari program-program strategis. Salah satunya melalui upaya mendorong perluasan program MBG sebagai jembatan antara intervensi sosial dan pemberdayaan ekonomi lokal. Hal ini dilakukan dengan menambah cakupan penerima dan mengoptimalkan keterlibatan UMKM sebagai mitra penyedia jasa makanan.
Hal lain yang dapat dilakukan adalah mendorong kegiatan pariwisata yang akan menopang aktivitas di subsektor akomodasi dan makan-minum. Strategi penguatan sektor pariwisata melalui pemberian diskon tarif angkutan udara, penambahan rute penerbangan dan peningkatan jumlah event Kharisma Event Nusantara (KEN). Respons kebijakan lain yang juga adaptif adalah mempermudah skema pembiayaan dan bantuan subsidi operasional untuk subsektor akomodasi yang paling terdampak. Selain itu, juga dapat difasilitasi adopsi dari teknologi hybrid venue.
Kebijakan realokasi anggaran sebagai strategi fiskal jangka menengah, memerlukan tata kelola yang adaptif, inklusif, dan transparan. Hal ini menuntut sinergi lintas sektor dan level pemerintahan di pusat maupun daerah untuk memastikan terjaganya stabilitas fiskal, ketahanan ekonomi serta dukungan pada transformasi ekonomi yang berkelanjutan. Optimalisasi belanja negara perlu selalu diarahkan untuk mendorong produktivitas dengan memastikan sektor-sektor terdampak tetap memiliki ruang untuk tumbuh dan berinovasi dalam menghadapi tantangan ekonomi ke depan.
Perlu diingat, kebijakan realokasi anggaran dalam kerangka kebijakan fiskal 2025–2029 tidak dapat dilepaskan dari misi besar pemerintahan melalui program strategis Asta Cita, khususnya dalam penguatan ketahanan pangan dan energi, pembangunan manusia, dan transformasi ekonomi inklusif. Tantangannya tidak hanya terkait alokasi, tetapi juga desain program kebijakan yang mampu menjaga kinerja seluruh sektor ekonomi. Dengan mengedepankan sinkronisasi antarprogram dan kolaborasi lintas sektor, kebijakan fiskal dapat menjadi instrumen pengungkit transformasi struktural dalam jangka menengah-panjang.
#Akmamin #RealokasiAnggaran #MBG #AstaCita #Fiskal #Perdagangan #Ekonomi