Menyoroti Kinerja Konstruksi Sumatera Sebagai Dampak Upaya Akselerasi Konektivitas Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS)
“Konektivitas merupakan kunci membangun daya saing di Sumatera. Membangun konektivitas Sumatera perlu menjadi prioritas utama dalam lima tahun ke depan” – Presiden Joko Widodo, 2024.
Sebagai pulau terbesar kedua di Indonesia dengan populasi melebihi 55 juta jiwa, Sumatera memainkan peran penting dalam perekonomian nasional. Dianugerahi beragam potensi alam dan komoditas berlimpah, mulai dari karet, minyak kelapa sawit, kopi, minyak bumi, batu bara, dan gas alam, pada tahun 2023 Sumatera menyumbang 22,01% produk domestik bruto (PDB) Indonesia, terbesar kedua setelah Jawa, menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Kemajuan dan keberlanjutan perekonomian Sumatera dirasa sangat penting untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi menuju Indonesia Maju 2045.
Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) menjadi proyek strategis nasional guna mendorong terbentuknya konektivitas darat Pulau Sumatera yang lebih memadai. Sistem jaringan tol yang dibangun memiliki peran penting dalam meningkatkan produktivitas industri strategis, efisiensi biaya logistik, serta peningkatan aksesibilitas pasar dari berbagai produk barang maupun jasa. JTTS akan menghubungkan wilayah Provinsi Lampung hingga Aceh melalui 34 ruas jalan dengan panjang keseluruhannya ditargetkan mencapai 2.854 km. Pelaksanaan pembangunan multiyears ini secara umum dibagi ke dalam empat tahap berdasarkan ruas jalan yang akan terhubung.
Memasuki triwulan III 2024, progress konstruksi Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) Tahap I telah dikejar untuk penyelesaian lebih cepat dibanding target. Keseluruhan JTTS Tahap I direncanakan beroperasi secara penuh sebelum berakhirnya tahun 2024. Selanjutnya, sebagian ruas JTTS Tahap II akan mulai memasuki tahap konstruksi di Triwulan IV 2024, diantaranya ruas Rengat – Pekanbaru, ruas Betung – Tempino – Jambi, dan ruas Palembang – Betung. Percepatan pembangunan JTTS Tahap I ditempuh juga dalam rangka mempercepat target pembangunan Tahap II. Hal ini tentunya perlu diapresiasi mengingat dampak dari pembangunan JTTS Tahap I yang cukup besar, khususnya dalam mendorong peningkatan konektivitas transportasi barang dan jasa di wilayah Sumatera Bagian Utara dan Selatan.
Meskipun dapat memberikan dampak positif pada pertumbuhan sektor strategis dalam jangka panjang, seperti pertanian, manufaktur, perdagangan, serta pariwisata, percepatan penyelesaian pembangunan JTTS Tahap I ternyata tidaklah mudah. Berbagai tantangan dihadapi yang terefleksi dari kinerja sektor konstruksi Sumatera sepanjang 2024. Pertumbuhan sektor konstruksi di Sumatera sendiri sempat mengalami kontraksi pada periode Covid-19 hingga -2,20 persen (yoy). Namun demikian, sektor konstruksi mampu melakukan quick rebound pada periode pemulihan pandemi. Hal ini ditengarai karena pembangunan konstruksi JTTS dan beberapa Proyek Strategis Nasional (PSN) di Sumatera masih terus berjalan pasca pandemi. Total nilai investasi proyek JTTS Tahap I yang telah selesai pada 2023 diperkirakan berkontribusi hingga lebih dari 20 persen terhadap total PDRB Sektor Konstruksi di Sumatera.
Berakhirnya konstruksi JTTS Tahap I berdampak menyebabkan pertumbuhan sektor konstruksi Sumatera pada 2024 lebih lemah dari 2023. Perlambatan ini diprakirakan akan berlanjut hingga 2025 dengan target pembangunan proyek JTTS yang di tahap II, III, dan IV yang semakin menurun. Hal ini berpotensi turut menyebabkan perlambatan pertumbuhan tenaga kerja sektor konstruksi pada 2025.Dari sisi pembiayaan, investasi dan kredit sektor konstruksi juga menunjukkan tren perlambatan pada paruh kedua 2024 dan diproyeksikan masih akan melambat hingga Triwulan I 2025.
Menyikapi kondisi tersebut, sinergi dan koordinasi di level pusat dan daerah perlu diperkuat untuk menjaga momentum pembangunan di Sumatera. Kiranya hal ini juga akan tetap menjadi prioritas pembangunan pada pemerintah selanjutnya, dengan mempertimbangkan dampak multiplier ke ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.