Potensi Pengembangan Industri Metanol sebagai Penopang Ekosistem Oleochemical di Sumatera

Sumatera merupakan kawasan strategis dalam ekosistem hilirisasi crude palm oil (CPO) Indonesia. Dengan kontribusi signifikan terhadap produksi CPO nasional dan tumbuhnya kawasan industri oleochemical di berbagai provinsi seperti Riau dan Sumatera Utara, kebutuhan terhadap bahan baku antara seperti metanol menjadi semakin mendesak. Metanol berperan penting dalam proses transesterifikasi untuk menghasilkan metil ester dan fatty alcohol, dua komponen utama dalam rantai nilai oleochemical.
Kebutuhan metanol Nasional belum dapat dipenuhi. Diperkirakan dibutuhkan 2 juta ton metanol per tahun untuk industri oleochemical dan biodiesel. Akan tetapi, kapasitas produksi nasional sebesar 660 ribu ton per tahun belum cukup untuk memenuhinya. Sehingga, Indonesia merupakan net importer metanol.
Permintaan metanol di Sumatera untuk industri oleochemical dan biodiesel diperkirakan mencapai lebih dari 835 ribu ton per tahun, menjadikannya salah satu wilayah dengan konsumsi metanol tertinggi secara nasional. Namun, Sumatera belum memiliki fasilitas produksi metanol aktif hingga saat ini. Seluruh kebutuhan metanol masih bergantung pada suplai dari luar wilayah atau impor, yang menyebabkan ketergantungan struktural dan biaya logistik tinggi bagi industri hilir.
Padahal, Sumatera memiliki keunggulan utama yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk pengembangan industri metanol domestik, yaitu ketersediaan infrastruktur gas alam dan potensi besar feedstock untuk proses Steam Methane Reforming (SMR). Tiga wilayah utama yaitu:
- Pangkalan Brandan (Sumatera Utara)
- Palembang (Sumatera Selatan)
- Dumai (Riau)
adalah pusat-pusat produksi gas aktif yang dioperasikan oleh Pertamina Gas, dan terhubung ke jaringan pipa gas lintas regional. Selain itu, keberadaan Terminal Penerimaan dan Regasifikasi LNG di Arun, Lhokseumawe (Aceh) yang dikelola oleh PT Perta Arun Gas, menambah opsi pasokan bahan baku gas alam untuk keperluan industri metanol. Hal tersebut menjadikan Sumatera sebagai kandidat ideal untuk pengembangan terintegrasi industri metanol dan oleochemical.
Untuk mendorong potensi ini, strategi berikut dapat dipertimbangkan:
- Pembangunan fasilitas produksi metanol di dekat pusat konsumsi oleochemical seperti Dumai, guna mengurangi beban logistik dan mendekatkan rantai pasok.
- Optimalisasi jaringan pipa dan pemanfaatan LNG melalui Terminal Arun untuk menjamin keberlanjutan pasokan gas alam sebagai bahan baku.
- Integrasi hulu-hilir melalui kawasan industri khusus, dengan insentif fiskal dan kemudahan perizinan untuk menarik investasi dalam pembangunan pabrik metanol.
- Sinergi antara pemerintah daerah, BUMN energi, dan pelaku industri hilir untuk membangun kerangka kolaboratif dalam menciptakan ekosistem bahan baku antara yang berkelanjutan.
Pengembangan industri metanol di Sumatera bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan bahan baku industri oleochemical, tetapi juga merupakan langkah strategis dalam memperkuat ketahanan industri nasional, menciptakan nilai tambah, dan mempercepat transformasi Sumatera sebagai pusat hilirisasi CPO berbasis teknologi dan efisiensi rantai pasok.