Prospek Cerah Produksi Padi Sumatera, Dukung Momentum Penguatan Ketahanan Pangan Nasional

Tahun 2025 menjadi momentum penting bagi upaya peningkatan ketahanan pangan nasional. Di tengah berbagai tantangan perubahan iklim, fluktuasi harga pangan global, pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, dan proteksionisme perdagangan internasional, urgensi mendorong swasembada pangan sesuai Astacita semakin tinggi. Swasembada pangan utamanya di padi yang merupakan komoditas pangan mayoritas penduduk Indonesia. Kondisi iklim yang lebih baik, dukungan pemerintah, dan berbagai terobosan inovatif memberikan sinyal positif pencapaian target peningkatan produksi padi nasional pada 2025.

Kondisi cuaca yang lebih bersahabat dan penyaluran pupuk bersubsidi yang tepat waktu sepanjang 2025, memberikan angin segar ke produksi pertanian terutama tanaman padi. Setelah mengalami mundurnya El Nino pada awal 2024, perkembangan kondisi cuaca di tahun 2025 diprakirakan lebih kondusif. Rata-rata curah hujan diprakirakan berada dalam intensitas yang suportif terhadap peningkatan produktivitas padi. Bukan hanya itu, kondisi tersebut juga diperkuat dengan kenaikan alokasi pupuk bersubsidi yang telah mulai disalurkan sejak masa tanam di awal tahun. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor 644/KPTS/SR.310/M.11/2024, pemerintah telah menetapkan alokasi pupuk besubsidi sebesar 9,5 juta ton untuk tahun 2025, terbagi menjadi 4,6 juta ton Urea, 4,2 juta ton NPK, 147.000 ton NPK Kakao, dan 500.000 ton Organik. Alokasi tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan alokasi pupuk subsidi pada awal tahun 2024 sebesar 4,7 juta ton.

Untuk mengamankan momentum peningkatan produksi, pemerintah telah mengerahkan sejumlah program ketahanan pangan di berbagai sentra produksi strategis, termasuk di wilayah Sumatera. Di samping program ekstensifikasi melalui cetak sawah dan program intensifikasi melalui optimalisasi lahan, pompanisasi tadah hujan, pengembangan bibit unggul, serta perbaikan infrastruktur irigasi, pemerintah melalui Kementerian Pertanian juga terus mengupayakan penambahan areal tanam (PAT), salah satunya melalui pemanfaatan lahan peremajaan sawit rakyat (PSR) dengan sistem tanam tumpang sari (tusip) padi gogo. Sistem tanam tusip padi gogo memungkinkan lahan sawit yang tidak produktif selama masa peremajaan (usia 1-3 tahun) – dapat dimanfaatkan untuk penanaman padi gogo [Gambar 1]. Sebagai produsen sawit utama Indonesia, Sumatera memiliki peluang untuk mengadopsi metode tanam tesebut, agar mampu berkontribusi lebih besar terhadap peningkatan produksi padi nasional. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, potensi tambahan areal tanam padi gogo di Sumatera mencapai sekitar 65 ribu hektar, dengan lahan potensial terbesar terdapat di Sumatera Utara, Jambi, dan Riau.

 

Dengan sejumlah perkembangan positif dari berbagai faktor pendukung, produksi padi Sumatera pada 2025 diproyeksikan meningkat cukup signifikan. Berdasarkan Hasil Kerangka Sampel Area (KSA) BPS dari pengamatan di Februari 2025, produksi gabah kering giling (GKG) Sumatera pada periode Januari-Mei 2025 diprakirakan mencapai 6,68 juta ton, atau meningkat 14,38% dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Panen raya yang berlangsung selama periode Maret-April diproyeksikan membuahkan hasil yang lebih optimal dibandingkan panen raya pada 2024.  Produksi padi Sumatera pada keseluruhan 2025 berpotensi semakin meningkat dengan masifnya implementasi program intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian.

Meski sejauh ini perkembangan produksi padi Sumatera menunjukkan prospek yang cukup cerah, namun sejumlah tantangan perlu diantisipasi guna menjaga keberlanjutan momentum tersebut. Ketidakpastian kondisi iklim masih akan menjadi risiko utama yang harus diwapadai, terutama potensi pergeseran pola hujan dan serangan organisme penganggu tanaman (OPT) akibat perubahan cuaca. Selain itu, efektivitas pelaksanaan berbagai program ketahanan pangan juga sangat bergantung pada kesiapan sarana dan prasarana produksi serta pemerataan infrastruktur pasca panen, terutama dalam memastikan terpenuhinya kebutuhan pengairan guna menyukseskan program oplah dan cetak sawah baru. Dengan strategi terukur, kerja nyata, kolaborasi dan komitmen yang kuat antar berbagai instansi terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha, dan petani, prospek cerah produksi padi Sumatera pada 2025 dapat menjadi salah satu momentum bagi swasembada pangan secara nasional.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments