Penguatan Kualitas Infrastruktur Digital untuk Sumatera Tidak Tertinggal

Di era digitalisasi yang semakin pesat, kualitas infrastruktur digital menjadi salah satu faktor utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan inklusi keuangan suatu daerah. Bagi wilayah Sumatera, penguatan kualitas infrastruktur digital adalah kunci agar wilayah ini tidak tertinggal dibandingkan daerah lain di Indonesia, seperti Jawa dan Bali. Kendati demikian terdapat beberapa tantangan yang saat ini dihadapi dan harus ditanggapi demi kemajuan wilayah Sumatera.

Tantangan Infrastruktur Digital di Sumatera

Menurut data survei potensi desa milik BPS, tercatat bahwa dari survei yang dilaksanakan kepada seluruh desa di Sumatera diperoleh informasi bahwa cakupan jaringan internet di Sumatera terus meningkat sejak tahun 2020 hingga 2024. Pada tahun 2020 data kualitas sinyal/jaringan di wilayah Sumatera hanya sebesar 78,9% yang artinya masih terdapat 21,1% desa di wilayah Sumatera yang tertinggal dalam hal kualitas sinyal kuat (minimal terdapat sinyal 3G-4G). Sedangkan secara coverage jaringan berada pada level 94,9%. Pada tahun 2024 wilayah Sumatera cukup mengalami perbaikan yang signifikan dalam sisi kualitas sinyal kuat yakni dengan adanya 81,8% desa di Sumatera memiliki sinyal kuat dan coverage jaringan sebesar 99,5%.

Dari data diatas, kualitas jaringan yang masih sebesar 81,8% masih menjadi tantangan besar. Data lainnya pada survei potensi desa menunjukkan bahwa 13% desa di Sumatera masih belum memiliki sinyal, dan 10% lainnya merupakan blank spot yang sepenuhnya terisolasi dari akses internet. Ketimpangan ini kontras dengan daerah seperti Jawa dan Bali yang sudah menikmati jaringan internet dengan kualitas lebih baik. Dengan persentase yakni Jawa hanya 0,2 desa tanpa sinyal dan 0,8% desa blank spot (terisolasi) dan Bali hanya 0,7% desa tanpa sinyal dan 2% desa blank spot (terisolasi). Sedangkan untuk wilayah pulau lainnya dapat dilihat pada grafis..

Kondisi kualitas jaringan yang masih perlu didorong khususnya pada wilayah tertinggal berdampak langsung pada efektivitas sistem pembayaran non tunai di Sumatera yang pastinya juga berdampak pada perputaran uang/ekonomi yang berujung pada pertumbuhan ekonomi di Sumatera. Transaksi digital, seperti melalui QRIS dan e-commerce, sering terkendala oleh kualitas jaringan yang rendah. Akibatnya, potensi digitalisasi dalam mendukung perekonomian Sumatera belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu diperlukan beberapa program penguatan kualitas infrastruktur digital agar Sumatera tidak tertinggal.

Program GESIT dan Pendekatan Pentahelix

Bank Indonesia melalui program GESIT (Gerakan Sumatera Tingkatkan Non Tunai) bertujuan untuk mengakselerasi transformasi digital di Sumatera. Program ini dirancang untuk menjawab tantangan infrastruktur digital dan meningkatkan adopsi sistem pembayaran non tunai melalui sinergi berbagai pemangku kepentingan menggunakan pendekatan pentahelix. Berikut implementasinya:

  1. Pemerintah
    Pemerintah berperan dalam menyediakan kebijakan dan regulasi yang mendukung penguatan infrastruktur digital, seperti investasi dalam pembangunan jaringan internet di desa-desa yang masih belum terjangkau. Selain itu, pemerintah daerah dapat mendorong pengadopsian QRIS melalui insentif bagi pelaku usaha kecil dan mengimplementasikan terlebih dahulu pada seluruh transaksi Pemda.
  2. Dunia Usaha
    Pelaku industri telekomunikasi seperti penyedia jaringan internet dan perbankan memiliki peran penting dalam memastikan aksesibilitas dan keamanan transaksi digital. Melalui QRIS AJIB, pelaku usaha transportasi publik dapat memanfaatkan QRIS untuk menciptakan ekosistem pembayaran digital yang efisien. Dalam program ini Bank Indonesia bekerja sama dengan seluruh Perbankan siap memberikan dukungan penuh dalam hal digitalisasi bagi transportasi publik.
  3. Akademisi
    Institusi pendidikan berkontribusi melalui penelitian dan pelatihan. Edukasi mengenai literasi digital, seperti yang diusung oleh program QRIS BESTIE, dapat dilakukan dengan melibatkan mahasiswa untuk menyebarkan pemahaman tentang manfaat digitalisasi kepada komunitas lokal.
  4. Komunitas Masyarakat
    Program seperti QRIS GERLIYIA (Gerakan Kolaborasi Liaison Wilayah Kerja) menggandeng komunitas ekonomi kreatif, religi, dan eksyar untuk memperluas penggunaan QRIS. Dengan pendekatan komunitas, transformasi digital dapat lebih mudah diterima dan diadaptasi oleh masyarakat lokal.
  5. Media
    Media berperan dalam menyampaikan informasi dan memperluas cakupan kampanye digitalisasi. QRIS BERWISATA, misalnya, dapat dipromosikan melalui platform media sosial dan kampanye iklan untuk meningkatkan adopsi QRIS di sektor pariwisata.

Kolaborasi untuk Masa Depan Digital Sumatera

Melalui sinergi pentahelix, program GESIT diharapkan dapat mempercepat transformasi digital di Sumatera secara inklusif. Pemerintah, sektor swasta, akademisi, komunitas, dan media bekerja bersama untuk menciptakan ekosistem digital yang lebih kuat.

Dengan pendekatan ini, Sumatera dapat mengejar ketertinggalan dalam infrastruktur digital, meningkatkan daya saing, dan mendukung pertumbuhan ekonomi berbasis teknologi yang inklusif. Transformasi ini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga memastikan setiap lapisan masyarakat di Sumatera dapat menikmati manfaat dari era digital.

Sumber data: Statistik Potensi Desa Indonesia, Badan Pusat Statistik Indonesia

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments