Menata Perbaikan Urat Nadi Jalur Distribusi Batu Bara Sumatera

Di tengah dorongan transisi energi hijau, batu bara tetap menjadi komoditas ekspor utama Indonesia termasuk di Sumatera.  Bersama dengan Kalimantan, Sumatera berkontribusi dalam menjadikan Indonesia sebagai salah satu eksportir terbesar batu bara ke pasar global. Pada tahun 2023, produksi batu bara nasional disumbang utamanya oleh pulau Kalimantan sebesar 81,81%, disusul pulau Sumatera sebesar 18,15%, dan gabungan pulau Sulawesi-Maluku-Papua sebesar 0,04%. Ekspor batu bara Indonesia pada tahun 2023 tercatat sebesar 518 juta ton yang ditujukan utamanya ke Tiongkok, India, dan beberapa negara di Asia Tenggara. Sumatera Selatan menyumbang ekspor batu bara tertinggi di wilayah Sumatera dan berada di peringkat tiga secara nasional setelah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.

Cadangan batu bara di Sumsel juga tercatat yang terbesar kedua secara nasional setelah Kalimantan Timur, yaitu sebesar 9,29 miliar ton (Kementerian ESDM, 2022). Kekayaan sumber daya inilah yang perlu dioptimalkan secara bijak dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan SDA yang dimiliki Sumatera, namun diupayakan agar dapat terus berkontribusi secara optimal pula terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera maupun nasional. Hal ini dilakukan dengan berbagai upaya peningkatan kinerja termasuk dari sisi efisiensi baik dari sisi proses produksi maupun distribusi. Sejauh ini, salah satu kendala utama yang dihadapi dari produksi batu bara di Sumatera adalah pada kualitas jalur distribusi dari sentra ke pelabuhan pengapalan. Secara khusus di Sumatera Selatan yang mengandalkan pada jalur distribusi sungai, kendala yang dihadapi adalah keterbatasan angkutan kapal tongkang akibat dari pendangkalan sungai Musi.

Kondisi alur pelayaran Sungai Musi terjadi pendangkalan di beberapa titik. Alur pelayaran di Sungai Musi sendiri memiliki panjang hingga sekitar 104 kilometer. Adapun hal yang paling sering dihadapi adalah kendala melintas pada kapal dengan draft di atas 6-meter. Pendangkalan di alur Sungai Musi tersebut berdampak terhadap penundaan shipping out yang harus menunggu 6-10 jam sampai dengan air pasang. Kondisi tersebut tentu berdampak besar terhadap peningkatan biaya logistik yang harus ditanggung korporasi produsen batu bara.

Pengerukan sungai dengan cara penyedotan (dredging) adalah metode yang umum digunakan untuk mengatasi pendangkalan sungai. Proses ini dilakukan dengan menggunakan kapal keruk (dredger) untuk menghisap sedimen, lumpur, pasir, dan material lain dari dasar sungai dan memindahkannya ke lokasi lain. Namun demikian, upaya pengerukan sungai perlu melalui beberapa prosedur dan koordinasi antar berbagai pihak terkait berikut:

  • Kementerian Perhubungan dan Distrik Navigasi untuk pengaturan lalu lintas kapal.
  • TNI AL dan instansi terkait lainnya untuk memastikan keamanan area pengerukan.
  • Pemerintah daerah dan Pelindo terkait kebijakan lokal dan manajemen logistik pengerukan.
  • Pihak Swasta yang dapat terlibat dalam proyek ini untuk penyediaan kapal keruk atau infrastruktur terkait.

Biaya yang perlu dikeluarkan untuk pengerukan Sungai Musi juga tidak kecil, sehingga perlu dipastikan efektivitasnya. Adapun pembiayaan untuk pengerukan tersebut dapat berasal dari beberapa sumber, termasuk melalui pembiayaan APBN maupun dana penerima konsensi swasta. Di sisi lain, salah satu opsi sumber pembiayaan yang juga dapat digunakan untuk mendanai pengerukan sungai adalah pengenaan biaya kanal melalui konsesi. Kebijakan biaya kanal merupakan praktek umum di banyak jalur pelayaran di seluruh dunia, termasuk Sungai Barito di Kalimantan. Biaya ini dikenakan kepada kapal-kapal dengan draft lebih dari 6-meter yang melintasi sungai atau kanal tertentu. Kanal di Sungai Barito teridentifikasi memiliki beberapa karakteristik yang mirip dengan Sungai Musi, terutama dalam hal fungsinya sebagai jalur transportasi air untuk komoditas batu bara. Oleh karenanya, konsep biaya kanal rasanya dapat diadopsi di Sungai Musi dengan sejumlah penyesuaian, diantaranya dengan mempertimbangkan hasil kajian teknis yang lebih mendalam, termasuk survei hidrografi dan oseanografi serta koordinasi antar pemangku kebijakan terkait.

 

 

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest
Inline Feedbacks
View all comments